Topeng Monyet or Ronggeng Monyet its ussually indonesian people call Monkey Ronggeng or monkey mask, monkey Doger, ledhek kethek, comedy monkey Show. Or the monkey term is show that everything is the same which shows monkeys perform a variety of attractions agility. Ride motorcycles, trade meatballs, use a mask, take pole, using umbrellas, and many more other attractions. A more complete there are also attractions along with other animals like riding a dog.
Originally monkey mask is a traditional art which is known in various regions in Indonesia. Performing monkey mask can also be found in India, Pakistan, Thailand, Vietnam, China, Japan, and Korea. This type of art involves a handler who trained monkey to do various activities that mimic human behavior, such as wearing apparel, dress up and go shopping. Monkeys used in Indonesia usually are species Macaca Fascicularis or sometimes called "crab eating monkey" or "long tailed monkey."
Show the people that are cheap usually around the village with a team of 3-4 people kekampung, a trainernya and other helpers to play drum music and so on. The pay if the full spectacle of IDR 15,000 UNTIL 20,000. But after the players (monkey) sent around asking for donations from the audience. Once their performance can sometimes raise money forty to fifty thousand. Income per day multiplied live alone.
Monkeys who do the attractions are accompanied by music played if one or several people. Musical instrument that is played is usually a small drum played with one hand while his other hand holding the leash monkey. The show played in a round from one place to another in the residential neighborhood. The audience is mostly children. Therefore, the arrival of a monkey mask troupe is always welcomed by the children. The excitement of these children become sustenance for the entourage monkey mask. Saweran money from the citizens is the source of their livelihood support his family.
Warning / Danger threat if they see this show.
Performing monkey mask can cause harm due to physical contact between monkeys with the audience - for example, monkey scratching audience. Some contacts can be at risk of being bitten, scratched, etc..
In a study conducted by Lisa Jones Engel and colleagues from the Primate Research Center, University of Washington, United States, which examined blood from 20 macaque monkey mask in Jakarta. They found that about half of the monkeys tested positive for simian foamy the virus (SFV), a retrovirus identified in primates that do not transmit disease in humans. Two of the monkeys that tested positive for simian retrovirus (SRV), which can be transmitted to humans. Both SRV and SFV are retroviruses, which typically moves slowly in the body of its host, thus requiring an annual time before doctors know the effects of the virus.
Also examined a monkey tested positive for the virus simian T-cell lymphotropic, believed to be HTLV virus, the primate ancestor virus infectious to humans, later known to cause leukemia. A monkey tested positive for herpes B virus, known as CHV-1, which rarely infect humans. However, from 40 cases in humans, 80% of the average fatal.
Learning in a lot of research in Africa, Engel also suspect the possibility of a monkey comforter so intermediaries HIV - cause AIDS in humans. For preventive action, monkey body fluids should not be affected by body part injured when a monkey bite or scratch the skin.
Good information and tips on a separate record for you.
Indonesian Version
Topeng monyet alias ronggeng monyet, topeng monyet, doger monyet, ledhek kethek, komedi monyet atau dalam bahasa kerennya monkey show itu semuanya adalah sama yaitu pertunjukkan monyet melakukan berbagai atraksi ketangkasan. Naik motor2an, dagang bakso, pake topeng, bawa pikulan, pake payung, dan banyak lagi atraksi lainnya. Yang lebih lengkap ada pula atraksi bersama binatang lain seperti naik anjing.
Asal Topeng monyet adalah kesenian tradisional yang dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Pertunjukan topeng monyet juga dapat dijumpai di India, Pakistan, Thailand, Vietnam, Cina, Jepang, dan Korea. Jenis kesenian ini melibatkan seorang pawang yang melatih monyetnya untuk melakukan berbagai aktivitas yang meniru tingkah laku manusia, misalnya mengenakan pakaian, berdandan dan pergi belanja. Monyet yang digunakan di Indonesia biasanya adalah spesies Macaca Fascicularis atau biasa disebut juga "crab eating monkey" atau "long tailed monkey".
Pertunjukkan rakyat yang murah meriah ini biasanya keliling dari kampung kekampung dengan tim 3-4 orang, seorang trainernya dan lainnya pembantu untuk memainkan musik gendang dsb. Bayarannya kalau pertunjukkannya lengkap antara Rp.15.000,-- s/d Rp.20.000,--. Tetapi setelah selesai pemainnya (monyet) disuruh keliling meminta sumbangan dari penonton. Sekali pertunjukkan mereka kadang-kadang bisa mengumpulkan uang empatpuluh sampai limapuluh ribu. Penghasilan sehari tinggal dikalikan saja.
Monyet yang melakukan atraksi-atraksi ini diiringi dengan musik yang dimainkan olah satu atau beberapa orang. Alat musik yang dimainkan biasanya berupa gendang kecil yang dimainkan dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain memegang tali pengikat monyet. Pertunjukan ini dimainkan secara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di daerah kawasan permukiman. Penontonnya kebanyakan anak-anak. Karena itu, kedatangan rombongan topeng monyet selalu disambut gembira oleh anak-anak. Kegembiraan anak-anak ini menjadi rezeki bagi rombongan topeng monyet. Uang saweran dari warga merupakan sumber nafkah mereka menghidupi keluarga.
Peringatan / Ancaman Bahaya jika melihat Pertunjukan ini.
Pertunjukan topeng monyet dapat menimbulkan bahaya akibat kontak fisik antara kera dengan penonton – misalnya monyet mencakar penonton. Beberapa kontak dapat beresiko tergigit, tercakar, dll.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lisa Jones Engel dan kawan-kawan dari Pusat Penelitian Primata, University of Washington, Amerika Serikat yang memeriksa darah dari 20 kera topeng monyet di Jakarta. Mereka menemukan bahwa sekitar setengah dari kera-kera yang diperiksa tersebut positif terkena simian foamy virus (SFV), retrovirus pada primata yang ditengarai tidak menularkan penyakit pada manusia. Dua dari kera-kera yang diperiksa positif simian retrovirus (SRV), yang dapat menular ke manusia. Baik SRV maupun SFV adalah retrovirus, yang secara tipikal bergerak perlahan dalam tubuh inangnya, sehingga memerlukan waktu tahunan sebelum dokter mengetahui dampak virus tersebut.
Seekor kera yang diperiksa juga positif terkena virus simian T-cell lymphotropic, yang diyakini sebagai virus HTLV, nenek moyang virus primata yang menular pada manusia, yang kemudian diketahui penyebab leukemia. Seekor monyet positif terkena virus herpes B, diketahui sebagai CHV-1, yang jarang menjangkiti manusia. Tetapi, dari 40 kasus pada manusia, 80% rata-rata berakibat fatal.
Belajar pada banyak penelitian di kawasan Afrika, Engel juga mencurigai kemungkinan monyet penghibur jadi perantara HIV--penyebab AIDS pada manusia. Untuk tindakan preventif, cairan tubuh monyet jangan sampai terkena bagian tubuh yang terluka sewaktu monyet menggigit atau mencakar kulit.
Semoga Informasi dan tips diatas menjadi catatan tersendiri bagi anda.
Fhotos:
Show the people that are cheap usually around the village with a team of 3-4 people kekampung, a trainernya and other helpers to play drum music and so on. The pay if the full spectacle of IDR 15,000 UNTIL 20,000. But after the players (monkey) sent around asking for donations from the audience. Once their performance can sometimes raise money forty to fifty thousand. Income per day multiplied live alone.
Monkeys who do the attractions are accompanied by music played if one or several people. Musical instrument that is played is usually a small drum played with one hand while his other hand holding the leash monkey. The show played in a round from one place to another in the residential neighborhood. The audience is mostly children. Therefore, the arrival of a monkey mask troupe is always welcomed by the children. The excitement of these children become sustenance for the entourage monkey mask. Saweran money from the citizens is the source of their livelihood support his family.
Warning / Danger threat if they see this show.
Performing monkey mask can cause harm due to physical contact between monkeys with the audience - for example, monkey scratching audience. Some contacts can be at risk of being bitten, scratched, etc..
In a study conducted by Lisa Jones Engel and colleagues from the Primate Research Center, University of Washington, United States, which examined blood from 20 macaque monkey mask in Jakarta. They found that about half of the monkeys tested positive for simian foamy the virus (SFV), a retrovirus identified in primates that do not transmit disease in humans. Two of the monkeys that tested positive for simian retrovirus (SRV), which can be transmitted to humans. Both SRV and SFV are retroviruses, which typically moves slowly in the body of its host, thus requiring an annual time before doctors know the effects of the virus.
Also examined a monkey tested positive for the virus simian T-cell lymphotropic, believed to be HTLV virus, the primate ancestor virus infectious to humans, later known to cause leukemia. A monkey tested positive for herpes B virus, known as CHV-1, which rarely infect humans. However, from 40 cases in humans, 80% of the average fatal.
Learning in a lot of research in Africa, Engel also suspect the possibility of a monkey comforter so intermediaries HIV - cause AIDS in humans. For preventive action, monkey body fluids should not be affected by body part injured when a monkey bite or scratch the skin.
Good information and tips on a separate record for you.
---o0o---
Indonesian Version
Topeng monyet alias ronggeng monyet, topeng monyet, doger monyet, ledhek kethek, komedi monyet atau dalam bahasa kerennya monkey show itu semuanya adalah sama yaitu pertunjukkan monyet melakukan berbagai atraksi ketangkasan. Naik motor2an, dagang bakso, pake topeng, bawa pikulan, pake payung, dan banyak lagi atraksi lainnya. Yang lebih lengkap ada pula atraksi bersama binatang lain seperti naik anjing.
Asal Topeng monyet adalah kesenian tradisional yang dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Pertunjukan topeng monyet juga dapat dijumpai di India, Pakistan, Thailand, Vietnam, Cina, Jepang, dan Korea. Jenis kesenian ini melibatkan seorang pawang yang melatih monyetnya untuk melakukan berbagai aktivitas yang meniru tingkah laku manusia, misalnya mengenakan pakaian, berdandan dan pergi belanja. Monyet yang digunakan di Indonesia biasanya adalah spesies Macaca Fascicularis atau biasa disebut juga "crab eating monkey" atau "long tailed monkey".
Pertunjukkan rakyat yang murah meriah ini biasanya keliling dari kampung kekampung dengan tim 3-4 orang, seorang trainernya dan lainnya pembantu untuk memainkan musik gendang dsb. Bayarannya kalau pertunjukkannya lengkap antara Rp.15.000,-- s/d Rp.20.000,--. Tetapi setelah selesai pemainnya (monyet) disuruh keliling meminta sumbangan dari penonton. Sekali pertunjukkan mereka kadang-kadang bisa mengumpulkan uang empatpuluh sampai limapuluh ribu. Penghasilan sehari tinggal dikalikan saja.
Monyet yang melakukan atraksi-atraksi ini diiringi dengan musik yang dimainkan olah satu atau beberapa orang. Alat musik yang dimainkan biasanya berupa gendang kecil yang dimainkan dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain memegang tali pengikat monyet. Pertunjukan ini dimainkan secara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di daerah kawasan permukiman. Penontonnya kebanyakan anak-anak. Karena itu, kedatangan rombongan topeng monyet selalu disambut gembira oleh anak-anak. Kegembiraan anak-anak ini menjadi rezeki bagi rombongan topeng monyet. Uang saweran dari warga merupakan sumber nafkah mereka menghidupi keluarga.
Peringatan / Ancaman Bahaya jika melihat Pertunjukan ini.
Pertunjukan topeng monyet dapat menimbulkan bahaya akibat kontak fisik antara kera dengan penonton – misalnya monyet mencakar penonton. Beberapa kontak dapat beresiko tergigit, tercakar, dll.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lisa Jones Engel dan kawan-kawan dari Pusat Penelitian Primata, University of Washington, Amerika Serikat yang memeriksa darah dari 20 kera topeng monyet di Jakarta. Mereka menemukan bahwa sekitar setengah dari kera-kera yang diperiksa tersebut positif terkena simian foamy virus (SFV), retrovirus pada primata yang ditengarai tidak menularkan penyakit pada manusia. Dua dari kera-kera yang diperiksa positif simian retrovirus (SRV), yang dapat menular ke manusia. Baik SRV maupun SFV adalah retrovirus, yang secara tipikal bergerak perlahan dalam tubuh inangnya, sehingga memerlukan waktu tahunan sebelum dokter mengetahui dampak virus tersebut.
Seekor kera yang diperiksa juga positif terkena virus simian T-cell lymphotropic, yang diyakini sebagai virus HTLV, nenek moyang virus primata yang menular pada manusia, yang kemudian diketahui penyebab leukemia. Seekor monyet positif terkena virus herpes B, diketahui sebagai CHV-1, yang jarang menjangkiti manusia. Tetapi, dari 40 kasus pada manusia, 80% rata-rata berakibat fatal.
Belajar pada banyak penelitian di kawasan Afrika, Engel juga mencurigai kemungkinan monyet penghibur jadi perantara HIV--penyebab AIDS pada manusia. Untuk tindakan preventif, cairan tubuh monyet jangan sampai terkena bagian tubuh yang terluka sewaktu monyet menggigit atau mencakar kulit.
Semoga Informasi dan tips diatas menjadi catatan tersendiri bagi anda.
Fhotos:
0 comments:
Post a Comment